Komunikasi Dalam Manajemen
- Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan hal yag terpenting dalam manajemen
karena proses manajemen baru terlaksana, jika komunikasi dilakukan. Secara
morfologis, terminologi komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Communis atau Coninaunicatio yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian (dalam
sesuatu), dan pertukaran tempat pembicaraan mengharapkan pertimbangan atau
jawaban dari pendengarnya, kata sifatnya Communican
artinya berdialog, berunding, atau musyawarah (Anwar Arifin 1998:19).
Dalam bahasa inggris common,
memiliki arti sama berkomunikasi berarti berusaha untuk mencapai kesamaan makna
atau kesamaan arti (Commonnes). Pengertian
luas dari para ahli yaitu : Car I I.Hovland mengemukakan bahwa “The process by
which on individual/To modify the behaviour of other individuals/Communicates”
(Komunikasi adalah proses dimana seseorang/komunikator menyampaikan
perangsang–perangsang [biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata] untuk mengubah
tingkah laku orang lain/komunikasi). Shimp (1993:8) mendefinisikan “Communication
can be thought of the proses of establishing a sommonness of oneness of thought
between a sender and receiver” (Menekankan lebih pada proses komunikasi yang
bertujuan terciptanya persamaan pemikiran atau pendapat pada interaksi yang
terjadi).
Harold Koontz dan Cyil O’Donnel menyatakan “Pemindahan informasi dari seseorang ke orang
lain terlepas dari dipercayai atau tidak, tetapi informasi yang ditransfer tentulah
harus dipahami penerima”. R.C. Davis mendefinisikan suatu tahap dari proses
kepemimpinan yang memindahkan ide seseorang kepada orang lain untuk
digunakan dalam fungsi-fungsinya memimpin pekerjaan. William Albig
mengemukakan proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung pengertian
antara individu-individu. Komunikasi merupakam suatu proses yang bersifat
personal karena makna/arti yang diperoleh pada dasarnya bersifat pribadi.
- Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai kompenen dasar sebagai
berikut:
ü
Pengirim pesan
ü
Penerima pesan
ü
Pesan
Semua manajer
melibatkan proses komunikasi. Proses komunikasi dapat dilihat pada skema
dibawah ini:
Diagram 1 : Proses Komunikasi
1. Pengirim
pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai
dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau
diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan
akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa :
a. Informasi
b. Ajakan
c. Rencana kerja
d. Pertanyaan dan sebagainya
a. Informasi
b. Ajakan
c. Rencana kerja
d. Pertanyaan dan sebagainya
2. Simbol
atau Isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya
dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan
dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian
muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk,
mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
3. Media
atau Penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar,
papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi
oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dan
sebagainya.
4. Mengartikan
kode atau Isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka
si penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut,
sehingga dapat dimengerti atau dipahaminya.
5. Penerima
Pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim
meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud
oleh pengirim.
6. Balikan
(feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima
pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim
pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting
bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima
dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima
pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh
penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung
pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan
dilaksanakan atau tidak. Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari
pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan.
Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan
yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang
dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan
serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.
7.
Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan
tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi
hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi
atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.
- Hambatan Komunikasi
Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu
kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang
disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima
pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan
yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :
1.
Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap
manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk
dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak
dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2. Semantic
Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat
untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran
komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis
ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat
menimbulkan salah pengertian (miss understanding)
atau penafsiran (miss interpretation)
yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miss communication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah
penafsiran seperti contoh : Pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai
menjadi keledai dan lain-lain.
3. Perceptual
distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara
pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara
mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi
perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4. Cultural
Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan
kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat
beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata
yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam
bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata
tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5. Physical
Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik
terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang
atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6. Poor
choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan
dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya
sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul,
gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat
sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7. No
Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan
kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka
yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang
manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam
penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon
dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.
- Definisi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang
mempunyai efek besar dalam hal mempengaruhi orang lain terutama perindividu.
Secara umum definisi komunikasi interpersonal adalah “Sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain mealui suatu cara tertentu (biasanya dalam komunikasi diadik) sehingga orang lain tersebut mengerti apa yang dimaksud oleh penyaampaian pikiran-pikiran atau informasi”.
Secara umum definisi komunikasi interpersonal adalah “Sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain mealui suatu cara tertentu (biasanya dalam komunikasi diadik) sehingga orang lain tersebut mengerti apa yang dimaksud oleh penyaampaian pikiran-pikiran atau informasi”.
Komunikasi interpersonal merupakan aktivitas yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan cara utuk menyampaikannya
dan menerima pikiran-pikiran, informasi, gagasan, perasaan, dan bahkan emosi
seseorang sampai pada titik tercapainnya pengertian yang sama antara
komunikator dan komunikan.
Komunikasi interpersonal dikatakan efektif, apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu:
Komunikasi interpersonal dikatakan efektif, apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu:
1. Pengertian yang sama terhadap makna pesan indikator komunikasi
dikatakan efektif adalah apabila makna pesan yang dikirim oleh komunikator sama
dengan makna pesan yang diterima oleh komunikan.
2. Melaksanakan pesan suka rela
Indikator komunikasi interpersonal yang efektif adalah bahwa komunikasi
menindak lanjut pesan tersebut dengan perbuatan dan dilakukan secara suka rela,
tidak karena dipaksa.
3. Meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi efektivitas dalam
komunikasi interpersonal akan mendorong terjadinya hubungan yang positif
terhadap rekan keluarga dan kerja.
Referensi :
Pelatihan Dan Pengembangan
- Definisi Pelatihan
1.
Willian G. Scott
Pelatihan
dalam ilmu pengetahuan perilaku adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengembangkan pemimpin untuk mencapai efektivitas pekerjaan perorangan
yang lebih besar, hubungan antara pribadi dalam dalam organisasi yang lebih
baik dan menyesuaikan pemimpin kepada konteks seluruh lingkungannya.
2.
John H.
Proctor and william M. Thronton
Pelatihan adalah
tindakan yang disengaja memberikan alat agar pembelajaran dapat dilaksanakan.
3.
Andrew E. Sikula
Pelatihan adalah
suatu proses pendidikan jangka pendek memanfaatkan prosedur yang sistematis dan
terorganisir, di mana personal non manajerial mempelajari kemampuan dan
pengetahuan teknis untuk tujuan tertentu.
4.
Keith Davis and William B. Werther,Jr
Pelatihan adalah
mempersiapkan orang untuk melakukan pekerjaan mereka sekarang dan pengembangan
mempersiapkan pagawai yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
5.
Edwin B. Flippo
Pelatihan adalah
proses membantu pegawai memperoleh efektivitas dalam pekerjaan sekarang atau
yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan, fikiran, dan tindakan,
kecelakan, pengetahuan dan sikap
6.
Intruksi Presiden No. 15 tahun 1974
Pelatihan adalah
bagian dari pendidikan menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan ketrampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu
yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktik dari
pada teori.
7.
SK Menpan No. 01/kep/M.Pan/2001
Di lingkungan PNS, yang dimaksud pelatihan adalah proses
pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek daripada teori yang dilakukan
seseorang atau kelompok dengan menggunakan pendekatan pelatihan untuk orang
dewasa dan bertujuan meningkatkan dalam satu atau berbagai jenis kerampilan.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pelatihan
adalah suatu kegiatan mempelajari kemampuan dan pengetahuan dalam bidang
tertentu yang dengan sengaja diberikan melalui prosedur sistematis dan
terorganisir untuk mencapai kerja yang efektif.
- Tujuan Dan Sasaran Pelatihan Dan Pengembangan
Tujuan umum pelatihan dan pengembangan, harus diarahkan
untuk meningkatkan produktifitas organisasi. Tujuan pelatihan dan pengembangan
merupakan langkah untuk meningkatkan produktivitas organisasi melalui berbagai
kegiatan antara lain:
1. Mengembangkan
pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional.
2. Mengembangkan
keterampilan atau keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat
dan efektif.
Tujuan pelatihan :
1. Untuk meningkatkan
keterampilan para karyawan sesuai dengan perubahan teknologi.
2. Untuk
meningkatkan produktivitas kerja organisasi.
3. Untuk
mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi kompeten.
4. Untuk
membantu masalah operasional.
5. Memberi wawasan
kepada para karyawan untuk lebih mengenal organisasinya.
6. Meningkatkan
kemampuan peserta latihan mengerjakan tugasnya yang sekarang.
7. Kemampuan
menumbuhkan sikap empati dan melihat sesuatu dari “kacamata” orang lain.
8. Meningkatkan
kemampuan menginterpretasikan data dan daya nalar para karyawan.
9. Meningkatkan
kemampuan dan keterampilan para karyawan dalam menganalisis suatu permasalahan
serta pengambilan keputusan.
Tujuan
pengembangan :
1. Mewujudkan
hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan.
2. Menyiapkan para
manajer yang berkompeten untuk lebih cepat masuk ke tingkat senior
(promosi jabatan).
3. Untuk membantu
mengisi lowongan jabatan tertentu.
4. Meningkatkan
semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi dengan komitmen
organisasional yang lebih tinggi.
5. Mendorong sikap
keterbukaan manajemen melalui gaya manajerial yang partisipatif.
6. Meningkatkan
kepuasan kerja.
7. Memperlancar
jalannya komunikasi yang efektif yang dapat memperlancar proses perumusan
kebijakan organisasi dan operasionalnya.
8. Mengembangkan atau
merubah sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerja sama dengan sesama karyawan
dan manajemen (pimpinan).
Sasaran Pelatihan dan Pengembangan
Adapun sasaran dari pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia dapat dilihat dalam dua sisi diantaranya:
a) Dari Sisi Individu Pegawai:
1. Menambah
pengetahuan terutama penemuan terakhir dalam bidang ilmu pengetahuan yang
bersangkutan, misalnya prinsip dan filsafat manajemen yang terbaik dan
terakhir.
2. Menambah
dan memperbaiki keahlian dalam bidang tertentu sekaligus memperbaiki cara
pelaksanaan yang lama.
3. Merubah
sikap.
4. Memperbaiki
atau menambah imbalan atau balas jasa yang diperoleh dari organisasi tempat
bekerja.
b) Dari Sisi Organisasi:
1. Menaikkan
produktivitas pegawai.
2. Menurunkan
biaya.
3. Mengurangi
turn over pegawai.
4. Kemungkinan memperoleh keuntungan yang
lebih besar, karena direalisirnya kedua manfaat tersebut terlebih dahulu.
- Perbedaan Pelatihan Dan Pengembangan
Perkembangan
dan pelatihan merupakan dua konsep yang sama, yaitu meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan. Tetapi, dilihat dari tujuannya, umumnya kedua
konsep tersebut dapat dibedakan. Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan
kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini, sedangkan
pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan
pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang
terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.
- Faktor Psikologi Dalam Pelatihan Dan Pengembangan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
pelatihan
Menurut
Dole Yoder (dalam As’ad, 1998:67-70) agar pelatihan dan pengembangan dapat
berhasil dengan baik, maka harus diperhatikan delapan faktor sebagai berikut:
1.
Individual Differences
Tiap-tiap individu mempunyai ciri khas, yang berbeda satu
sama lain, baik mengenai sifatnya, tingkah lakunya, bentuk badannya maupun
dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, dalam merencanakan dan melaksanakan suatu
pelatihan harus diingat adanya perbedaan individu ini. Perbedaan dapat nampak
pada waktu para karyawan mengerjakan suatu pekerjaan yang sama, dengan
diperolehnya hasil yang berbeda
2.Relation
to job analysis
Tugas utama dari analisa jabatan untuk memberikan pengertian
akan tugas yang harus dilaksanakan didalam suatu pekerjaan, serta untuk
mengetahui alat-alat apa yang harus dipergunakan dalam menjalankan tugas itu.
Untuk memberikan pelatihan pada para karyawan terlebih dahulu harus diketahui
keahlian yang dibutuhkannya. Dengan demikian program dari pelatihan dapat di
arahkan atau ditujuakan untuk mencapai keahlian itu. Suatu pelatihan yang tidak
disesuaikan dengan bakat, minat dan lapangan kerja karyawan, berakibat
merugikan berbagai pihak, yaitu karyawan, perusahaan dan masyarakat.
3.
Motivation
Motivasi dalam pelatihan ini sangat perlu sebab pada dasarnya
motif yang mendorong karyawan untuk menjalankan pelatihan tidak berbeda dengan
motif yang mendorongnya untuk melakukan tugas pekerjaannya.
4.
Active Participation
Didalam pelaksanaan pendidikan pelatihan para trainess harus
turut aktif mengambil bagian di dalam pembicaraan-pembicaraan mengenai
pelajaran yang diberikan, sehingga akan menimbulkan kepuasan pada para trainess
apabila saran-sarannya diperhatikan dan dipergunakan sebagai bahan-bahan
pertimbangan untuk memecahkan kesulitan yang mungkin timbul.
5.
Selection of trainee
Pelatihan sebaiknya diberikan kepada mereka yang berminat dan
menunjukkan bakat untuk dapat mengikuti latihan itu dengan berhasil. Dengan
demikian apabila latihan diberikan kepada mereka yang tidak mempunyai minat,
bakat dan pengalaman, kemungkinan berhasil sedikit sekali. Oleh karena itulah
sangat perlu diadakan seleksi.
6.
Selection of trainers
Berhasil atau tidaknya seseorang melakukan tugas sebagai
pengajar, tergantung kepada ada tidaknya persamaan kualifikasi orang tersebut
dengan kualifikasi yang tercantum dalam analisa jabatan mengajar. Itulah
sebabnya seorang trainer yang baik harus mempunyai kecakapan-kecakapan sebagai
berikut:
1) Pengetahuan vak yang mendalam dan mempunyai kecakapan vak
2) Mempunyai rasa tanggungjawab dan sadar akan kewajiban
3) Bijaksana dalam segala tindakan dan sabar
4) Dapat berfikir secara logis
5) Mempunyai kepribadian yang menarik
7.
Trainer Pelatihan
Trainer sebelum diserahi tanggung jawab untuk memberikan
pelajaran hendaknya telah mendapatkan
pendidikan khusus untuk menjadi tenaga pelatih. Dengan demikian salah satu asas
yang penting dalam pendidikan ialah agar para pelatih mendapatkan didikan
sebagai pelatih
8.
Training Methods
Metode yang dipergunakan dalam pelatihan harus sesuai dengan
jenis pelatihan yang diberikan. Misalnya, pemberian kuliah tidak sesuai untuk
para karyawan pelaksana. Untuk karyawan pelaksana hendaknya diberikan lebih
banyak peragaan disamping pelajaran teoritis.
- Teknik Dan Metode Pelatihan
- Teknik Pelatihan
Dalam penyelenggaraan pelatihan, tidak ada satupun
metode dan teknik pelatihan yang paling baik. Semuanya tergantung pada situasi
kondisi kebutuhan. Dalam memilih metode dan teknik suatu pelatihan ditentukan
oleh banyak hal. Seperti dikemukakan William B. Werther (1989 : 290) sebagai
berikut:
“That is no simple technique is
always best; the best method dependson : cost effectiveness; desired program
content; learning principles; appropriateness of the facilities; trainee
preference and capabilities; and trainer preferences and capabilities”.
Artinya, tidak ada satu pelatihan yang paling baik, metode
yang paling baik tergantung pada efektifitas biaya, isi program yang
diinginkan, prinsip-prinsip belajar, fasilitas yang layak, kemampuan dan preference
peserta, serta kemampuan dan preference pelatih.
Kemudian Sondang. P Siagian (1994 : 192) menegaskan
tepat tidaknya teknik pelatihan yang digunakan sangat tergantung dari berbagai
pertimbangan yang ingin ditonjolkan seperti kehematan dalam pembiayaan, materi
program, tersedianya fasilitas tertentu, preferensi dan kemampuan peserta,
preferensi kemampuan pelatih dan prinsip-prinsip belajar yang hendak
diterapkan. Walaupun demikian, pengelola pelatihan hendaknya mengenal dan
memahami semua metode dan teknik mana yang paling tepat digunakan sesuai dengan
kebutuhan, situasi dan kondisi yang ada. William B. Werther (1989), Henry
Simamora(1997) dan Soekidjo Notoatmodjo (1991) mengidentifikasi ada dua
pendekatan atau metode pokok dalam pelatihan yaitu On the job training dan Off
the job training. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan serta
penggunaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan.
- Metode Pelatihan
A. On
the Job Training
Pelatihan yang
diberikan pada saat karyawan bekerja. Sambil bekerja seperti biasa, karyawan
memperoleh umpan balik secara langsung dari pelatihnya, (Handoko, 1989).
Dilakukan oleh semua perusahaan, terutama untuk karyawan baru atau karyawan
yang berpengalaman.
Keuntungannya: relatif
tidak mahal, peserta pelatihan bisa belajar sambil tetap menjalankan proses
produksi, tidak perlu ruang kelas khusus. Bentuk pelatihan on the job training
:
·
Coaching/pendampingan
Karyawan
dibimbing, diarahkan oleh atasan / supervisor / karyawan lain yang lebih
berpengalaman. Hubungan mereka serupa dengan hubungan karyawan- tutor. Cara ini
akan berjalan efektif apabila periode
selama bimbingan dan umpan balik di perpanjang.
·
Rotasi Pekerjaan
Peserta pelatihan
ditugaskan untuk berpindah dari satu bagian ke bagian pekerjaan yang lain dalam
satu perusahaan, dengan interval yang terencana, sehingga diperoleh pengalaman
kerja. Cara ini umum dipakai dalam melatih manajer dengan level manajerial
apapun juga.
·
Apprenticeship/magang
Merupakan
pembelajaran bagi karyawan lama yang lebih berpengalaman.
·
Pelatihan Instruksi Jabatan (Job Instruction
Training)
Diberikan untuk
pekerjaan yang terdiri dari urutan langkah-langkahyang logis. Semua langkah
perlu ditata dalam urutan yang tepat. Petunjuk pengerjaan diberikan secara
langsung pada pekerjaan yang sedang dilakukan. Contoh sederhana :
mengoperasikan mesin pintal benang.
B. Off
the Job Training
Teknik pelatihan
yang dilakukan diluar waktu kerja, dan berlangsung dilokasi jauh dari tempat
kerja, agar perhatian peserta lebih terfokus. Peserta pelatihan menerima
presentasi tentang aspek tertentu, kemudian mereka diminta memberikan tanggapan
sebagaimana dalam kondisi yang sebenarnya. Dalam teknik ini juga digunakan
metode simulasi. Keuntungan Off the Job Training :
§ Trainer/Instruktur
harus lebih terampil dalam mengajar, karena tidak ada tuntutan pekerjaan yang
lain.
§ Trainee/karyawan
terhindar dari kekacauan dan tekanan situasi kerja, sehingga mampu konsentrasi
lebih baik/lebih terfokus perhatiannya.
§ Tidak
mengganggu proses produksi yang sedang berjalan di perusahaan.
§ Waktu
dan perhatian lebih memadai, contohnya: Balai Pelatihan
Referensi: