Pages

Jumat, 27 Maret 2015

Psikoterapi, Tugas ke-2



Perbedaan Antara Psikoterapi dan Konseling
Johana E. Prawitasari (1992) menyebutkan bahwa konseling itu merupakan istilah yang berasal dari dunia pendidikan, sedangkan psikoterapi dari kedokteran. Konseling biasanya dipakai untuk orang yang relatif normal, sedangkan psikoterapi digunakan untuk klien yang terganggu mentalnya dan mempunyai masalah emosi yang berat. L.M. Brammer membedakan antara psikoterapi dan konseling. “Konseling itu,” kata Brammer, “menekankan perencanaan yang lebih bersifat rasional, problem solving, pembuatan keputusan, intensionalitas, pencegahan dari beberapa penyesuaian diri, mendorong timbulnya situasi yang menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang normal.” (L.M.Brammer, 1992:8).
Psikoterapi lebih mengarah kepada re-education of individual. Dasar bantuan psikoterapi adalah mencari persepsi dan perubahan secara jelas, mengintegrasikan kesadaran ke dalam kehidupan sehari-hari, memagari perasaan susah/sedih yang berasal dari pengalaman buruk di masa lalu. Psikoterapi menekankan intensitas dan tingkat keterlibatan yang lama dan lebih berhubungan dengan pengurangan beberapa permasalahan hidup.
Berdasarkan uraian diatas, maka perbedaan konseling dan psikoterapi dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
NO
ASPEK
LAYANAN KONSELING
PSIKOTERAPI
1
Ruang Lingkup
Bagian dari program bimbingan konseling
Berada di luar bimbingan
2
Kedalaman
-   Perencanaan yang rasional
-   Pemecahan masalah berhubungan dengan pemahaman diri dan lingkun gan
Perubahan mendasar dari kepribadian
3
Subjek/Sasaran
-    Individu normal
-    Lebih menekankan individu/kelompok kecil
-    Individu yang mengalami disintegrasi kepribadian
-    Mengutamakan individu
4
Orientasi/Pendekatan
Menekankan kesinian dan kekinian
Menekankan masa lampau, simbolik dan mengaktifkan kembali alam ketidaksadaran
5
Setting
Sekolah, universitas, lembaga layanan masyarakat, organisasi kemasyarakatan
Klinik, rumah sakit, praktik pribadi
6
Waktu
Relatif terbatas
Relatif lama (berhari-hari, minggu, bulan, atau mungkin tahunan)
7
Tujuan
Mengatasi tugas-tugas perkembangan
Mengatasi konflik-konflik dalam diri seseorang


Bentuk-bentuk utama dalam Terapi
Psikoterapi menurut Phares (1992) dapat dibedakan dalam beberapa aspek, yakni menurut taraf kedalamannya, dan menurut tujuannya. Menurut kedalamannya dibedakan psikoterapi suportif, psikoterapi reedukatif, dan psikoterapi rekonstruktif.

1. Terapi suportif adalah suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya. Tujuannya adalah menaikkan fungsi psikologi dan sosial, untuk menyokong harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyak mungkin, menyadari realitas, keterbatasannya, agar dapat diterima, mencegah terjadinya relaps, bertujuan agar penyesuaian baik, mencegah ketergantungan pada dokter, dan untuk memindahkan dukungan profesional kepada keluarga.

2. Terapi Reedukatif untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri. Tujuannya adalah untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasikan tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan potensi kreatif yang ada.

3. Terapi Rekonstruktif untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknaya dialam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan pengluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru. 


Daftar Pustaka:

Sholeh, Prof. Dr. Moh. (2008). Bertobat sambil berobat. Jakarta: Hikmah PT Mizan Publika.
Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.

Rabu, 18 Maret 2015

Psikoterapi, Tugas 1



Pengertian Psikoterapi
    Psikoterapi ialah perawatan dengan menggunakan alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional, yang mana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien, yang bertujuan:
(1)   Menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada.
(2)   Mengetahui (perbaikan) pola tingkah laku.
Psikoterapi meluas ke berbagai bidang kehidupan seperti hubungan sosial dan kemasyarakatan, sehingga Psikoterapi juga menangani kerusakan hubungan antarmanusia. Dengan demikian Psikoterapi sukar sekali atau bahkan tidak mungkin diterapkan secara murni “ilmiah”, tanpa melibatkan filsafat dan agama. Hubungan antar manusia melibatkan norma-norma, nilai-nilai, etika, moral, kepercayaan, kehidupan, kebudayaan. Dasar Psikoterapi, yaitu untuk menentukan arah pengolahan kepribadian klien dan melandasi pandangan tentang hakikat manusia dan tujuan hidupnya. Hubungan antara klien dan ahli Psikoterapi dalam perawatan merupakan hubungan antara dua kepribadian yang tidak terlepas dari kehidupan filsafat dan rohaniahnya masing-masing.

Tujuan serta Unsur-unsur dalam Psikoterapi
      Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991).

  1. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987) adalah : membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama. 
  2. Tujuan psikoterapi dengan pendekatam Psikoanalisis, menurut Corey (1991) dirumuslan sebagai:  membuat sesuatu yag tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual. 
  3. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada peribadi, menurut Ivey, et al (1987) adalah:  untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhan dirinya yang unik. 
  4. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, dijelaskan oleh Ivey, et al (1987) sebagai berikut: untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Arah perubahan perilaku yang khusus dilakukan oleh klien. Corey (1991) menjelaskan mengenai hal ini sebagai berikut: Terapi perilaku bertujuan secara umum untuk menghilangkan perilaku yang malasuai (mal adaptive) dan lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif.  
  5. Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Corey, et al (1987) sebagai berikut: agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang. Corey (1991) merumuskan tujuan Gestalt sebagai berikut:  membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya. unutk merangsangya menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.

Referensi:
Ahyadi, Abdul Aziz. (1988). Psikologi agama: kepribadian muslim pancasila. Bandung: Sinar Baru.
Gunarsa, Singgih. (2007). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.